KISI-KISI SASENIBUD JOMBANG

Jombang terkenal sebagai kota yang egaliter, sehingga masyarakatnyapun sangat terbuka dalam berinteraksi dan sangat bisa menerima perubahan. Hal ini juga buah pengaruh dari letak geografis kota Jombang yang terletak pada persimpangan budaya Arek, budaya Panaragan, budaya Mataraman, budaya Maduran maupun budaya Pesisiran. Karena pengaruh tersebut, maka kesenian yang berkembang di Jombang juga sangat beragam. Dengan karekter masyarakat yang egaliter itulah pada akhirnya membuahkan kristal-kristal kesenian yang lebih berkarakter. Misalnya dari budaya arek, lahirlah kesenian lerok yang kemudian berkembang menjadi seni besutan dan bermetafosis menjadi ludruk. Dari budaya Maduran juga muncul kesenian Sandur, meski kesenian ini tidak sama dengan kesenian Sandur dari daerah lain. Dari budaya Mataram juga mengkristalkan kesenian diantaranya, wayang kulit. Wayang kulit yang berkembang di Jombang juga ada dua gaya pekelirannya, gaya Kulonan dan gaya Jawa Timuran (cek-dong). Budaya Panaragunpun juga demikian, ada kesenian kuda lumping, reog, bantengan dll.
Di era globalisasi informasi sekarang ini kami dari DISPORABUPAR sebagai kepanjangan tangan dari Pemerintah Kabupaten Jombang, berusaha memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya pecinta, pemerhati dan penikmat seni Jombangan. Tentu informasi yang kami sampaikan masih sangat terbatas baik dari kwalitas dan kwantitasnya. Tetapi kami berharap dengan informasi awal ini, masyarakat pemerhati kesenian Jombang bisa sedikit mendapatkan gambaran tentang peta kesenian di Jombang, sehingga bisa membantu kami dalam menginfentarisasi dan menumbuh kembangkan kesenian di Jombang.
Sebagai gambaran awal kami mencoba untuk mendekotomi (memisah) kesenian Jombang menjadi tiga varian utama, yaitu seni musik, seni media rekam dan seni pertujukkan. Semoga blok ini bisa sedikit memberi cahaya bagi kita semua, insan-insan pecintan kesenian Jombang.

PostHeaderIcon KUDA LUMPING, KESENIAN KELAS BAWAH...?

Hardjo Suyitno, pria kelahiran 22 Oktober 1962 ini memulai kecintaanya pada dunia kuda lumping pada tahun 1999 an. Dia merasa kesenian kuda lumpinglah yang sangat merakyat, dia juga merasa seni kuda lumping bisa meredam kenakalan remaja. Bahkan saking cintanya, pada waktu itu dia akan selalu menyempatkan diri untuk melihat kalau ada pementasan kuda lumping. Tujuannya pada waktu itu disamping untuk mencari hiburan, dia juga ingin belajar untuk mendirikan kuda lumping sendiri. Akhirnya dia belajar untuk bisa bermain kuda lumping tentunya dia juga belajar tentang manajemen organisasi kuda lumping. Setelah sekian lama menerjuni dunia kuda lumping sebagai pemain maka dia memberanikan untuk mendirikan komunitas kuda lumping sendiri. Akhirnya dengan menggunakan fasilitas seadanya yang dimiliki, dia mencoba untuk mengekspresikan diri dengan pentas keliling dari RT ke RT pada waktu kegiatan HUT Kemerdekaan. Alasan yang kuat mengapa dia memilih kesenian kuda lumping untuk diterjuni adalah bagi di kuda lumping adalah kesenian yang tetap bisa berkembang sampai kapanpun dan bisa bersinergi dengan komunitas seni lainnya, misalnya bersinergi dengan kesenian tari, karawitan, teater dll. Meski kalau dinilai secara finansial menjadi pimpinan kesenian kuda lumping lebih banyak tekornya dari pada untungnya.
Beruntung dia yang sebagai pegawai negeri sudah mempunyai anggaran tersendiri untuk mencukupi kebutuhan hidupnya bersama keluarga. Kedengarannya mungkin sedikit berlebihan kalau dia mendirikan organisasi kuda lumping "Turangga Sejati" ini hanya semata-mata ingin melesatarikan seni kuda lumping disamping itu dia juga ingin berbuat sesuatu untuk kesenian yang dia cintai. Hanya saja saat ini terkadang hatinya dilanda kecemasan manakala terkadang muncul suatu permasalahan yang bisa mengganggu perjalanan kesenian kuda lumping, diantaranya adalah permasalahan kaderisasi yang terkadang sulit dia ujudkan, tentu tidak berlebihan kalau saat ini banyak orang tua yang melarang anaknya untuk ikut berkesenian yang masa depannya belum bisa diharapkan. Juga permasalahan-permasalahan pribadi yang kerap kali muncul di komunitas ini, semisal perselingkuhan dll. Tapi untungnya semua permasalah tersebut selama ini bisa dia selesaikan dengan baik. Semoga Kesenian Kuda Lumping tetap lestari di Kab. Jombang, meski sebagai orang memandang rendah dan memberi lebel kesenian ini sebagai kesenian kelas pinggiran dan termarginalkan.

Choose Language

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Waktu